Langsung ke konten utama

*)Quantum Movement Technique (QMT) Fisioterapi Ala Djohan Aras

Ketika HNP tanpa Operasi

Tubuh dan alat geraknya. Seringkali dikaitan dengan Ilmu Fisioterapi. Jika fungsi gerak terganggu, maka aktivitas kita pun tak bisa berjalan dengan baik. Salah satu metode pemulihannya dengan Fisioterapi.

ILHAM WASI
Tamalanrea
Quantum Movement Technique (QMT) kini akrab di dunia Fisioterapi. Metode terapi gerak tersebut dikembangkan oleh Djohan Aras. Ketua jurusan Fisioterapi Fakultas Kedokteran Unhas inilah,  menciptakan metode tersebut.
Pengambangan metode ini dengan menggabungkan ilmu fisioterapi lainnya. Menurut, Djohan Aras, QMT itu Teknik spesifik Fisioterapi dengan menggunakan energy dari dalam dan atau dari luar tubuh penderita dengan cara memodifikasi  beberapa  teknik khusus. “Diantaranya Neuro Muscular Technique (NMT), Manual Therapy (MT), Bugnet Exc Techique (MKT), William Flexion Technique (WFT), PNF Technique (PNFT), dan Monas Exc Technique (MET),” katanya.
 Dunia Fisioterapi memanggilnya. Membutuhkan tenaga serta pikirannya. Makanya,  memulai melakukan penelitian soal gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP). HNP ini, gejala terganggungnya jaringan tulang rawan pada tulang belakang. Gejala ini bisa mengganggu syaraf. “Alat gerak yang memiliki fungsi-fungsi tubuh salah satunya pada punggung. Kadang tubuh kita mengalami nyeri pada punggung.  Terkadang disebabkan oleh Hernia Nukleus Pulposus (HNP),” katanya.
Ganguan HNP pada fungsi dan struktur tulang belakang. “Jika diskus terjepit saraf, dan diskusnya bermasalah sehingga ganguannya pada  gerak dan saraf. Ketika saraf tergangu akibatnya bisa menjadikan orang lumpuh,” ujar Djohan Aras saat di temui di kantor Jurusan Fisioterapi Fakultas Kedokteran Unhas.
Djohan, mulai tertarik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan Fisioterapi dengan QMT ini sejak tahun 1996. “Banyak sekali pasien yang penyakit seperti ini, dan selalu orientasinya operasi. Makanya, kerja sama dengan ahli saraf, dan memncobanya berkali-kali agar tidak dioperasi,” tuturnya.
Ketekunannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tak sia-sia. Sejak tahun 2012 QMT ia sempurnakan. “Sejak pertama kali kadang gagal. Malahan bertambah nyeri. Tapi, saat ini tak lagi, dan sudah banyak terbantu dengan metode ini,” ungkapnya.
Selain itu, adanya QMT ini dari empat derajat HNP yang dialami pasien. “Kalau dulunya hanya tingkatan satu yang bisa ditangani dengan fisioterapi. Saat ini tingkatan dua dan tiga, kecuali tingkatan empat yang mesti dioperasi. Tingkatan yang di maksud derajat 1/Bulging, derajat 2/Protrusi, derajat 3/Extrusion, dan derajat 4/Sequestracted,” ungkap lelaki berusia 59 tahun ini.

Kata Djohan Teknik QMT ini sangat siginifikan untuk mengatasi HNP dan jangan menggunakan QMT sebelum mengikuti pelatihan intensif. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musik Tradisi "Passayang-sayang" dari Mandar

MUSIK TRADISI. Pemain Pasayang- sayang  diacara peresmian Pusat Kajian Kebudayaan di Universitas Sulawesi Barat, Rabu 29 April. Musik tradisi ini telah tercatat sebagai warisan budaya tak benda di Indonesia . Tahan Tuturkan Kisah "Siamasei" Berjam-jam   Musik tradisional passayang-sayang dimainkan sebagai hiburan rakyat. Berisi ungkapan hati dan pemain passayang-sayang ini pun miliki cara agar penonton tahan berjam-jam lamanya. ILHAM WASI Majene Ketika gitar dipetik, melodi mengalir merdu. Petikan melodi Dahlan pun membui penonton. Irama melodi dipadukan dengan gitar bas yang dimainkan Abd Hamid. Giliran Zakaria dan Sinar melantunkan lirik lagu passayang-payang bergantian. Keduanya, masyarakat Mandar menyebutnya sebagai pakelong (penyanyi).  Mereka semua masih dalam satu grup musik tradisional dari Tiga Ria Tinambun yang berasal di Kecamatan Tinambung Polman. Tugas mereka sebagai orang-orang pelestari seni musik tradisional passayang- sayang  Ma

Kisah di Balik Nama Pasangkayu, dari Tutur Suku Kaili: Vova Sanggayu

Pemkab Mamuju Utara sedang mengupayakan perubahan nama menjadi Kabupaten Pasangkayu. Lalu, dari mana asal nama itu? ILHAM WASI Pasangkayu diyakini sebagai tempat pohon Vova Sanggayu/ist IBU kota Mamuju Utara (Matra) adalah Pasangkayu. Itulah yang diusulkan menjadi nama kabupaten. Agar ada yang khas, tidak lagi dianggap mirip dengan Mamuju, ibu kota provinsi Sulawesi Barat. Nama Pasangkayu punya kisah. Konon diambil dari nama sebuah pohon besar. Cerita yang sudah melegenda. Penulis buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara , Bustan Basir Maras menjelaskan, selama dirinya melakukan risetnya, memang muncul beberapa versi. Namun, dia menemukan bila setidaknya 70 persen tokoh masyarakat di Matra mengakui Pasangkayu berasal dari kata “Vova” dan “Sanggayu”. Masyarakat meyakini pohonnya tumbuh   di Tanjung Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Matra. “Masih tampak kok bakau-bakaunya di sana. Tetapi vova sanggayu sudah tidak ada,” paparnya, Kamis, 23 Maret. Vova

Jejak Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir (1)

Makam Imam Lapeo, di Mandar    Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir Tak Pernah Putus dari Peziarah Di masjid Imam Lapeo atau dikenal masjid Nurut Taubah Lapeo. Letak masjidnya berada di Desa Lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Tak sulit mendapati masjid itu sebab berada di pinggir jalan Poros Polman-Majene, Sulbar. ILHAM WASI Campalagian Usai salat Dhuhur di masjid Imam Lapeo, Rabu 17 Juni. Saya tak langsung pulang, sebab ingin tahu banyak soal masjid tertua di tanah Mandar ini. Di Lapeo ini juga telah ditetapkan kawasan wisata religi. Empat orang sedang melingkar. Saya menyapanya, mereka para pengurus masjid imam Lapeo. Saat ditanyai soal kisah Imam Lapeo, seorang menunjuk papan informasi letaknya di sebelah kanan saf paling depan.  "Kisah Imam Lapeo ada di sana." kata salah satu pengurus Sumardin Kama menunjukkannya pada saya. Di situlah berisi riwayat singkat perjalanan hidup KH Muhammad Thahir Imam Lapeo (1839- 1952). "Sengaja pen