Fokus Teliti Potensi Sapi Kembar
Sapi melahirkan kembar tergolong
langkah dan jarang terjadi, tetapi tidak menuntut kemungkinan potensi ini bisa
dikembangkan secara serius. Mungkin kah potensi sapi kembar terwujud?
ILHAM WASI
Universitas Hasanuddin
Teknologi di bidang peternakan mesti
dilirik dan perhatikan serius. Salah satunya peningkatan produksi ternak pada sapi.
Selain untuk memenuhi permintaan daging sapi
di masyarakat, juga untuk meningkatkan populasinya.
Upaya itu bisa didorong dengan pemeliharaan di masyarakat atau pun
pengembangan dengan membuat klaster tersendiri. Selain itu, peningkatan ini
bisa dikembangkan dengan ilmu pengetahuan.
Peran inilah yang mendorong Ketua Laboratorium
Terpadu Unhas, Prof Dr Ir H Herry Sonjaya DEA DES untuk meneliti potensi sapi
kembar di Sulsel. “Sangat menarik jika di rawat dan dipelihara dengan baik.
Selain itu, populasinya sapi tumbuh dengan cepat jika kembar terus,” kata dosen
Fakultas Peternakan Unhas ini.
Katanya, populasi sapi kembar menyebar
di peternakan rakyat. “Kejadian sapi kembar hanya 0,01 hingga 0,03 persen
saja,” kata Prof Herry, lelaki berpakaian batik berwarna hitam ini saat ditemui
diruangannya di Lantai Dasar Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Unhas,
Senin 6 Oktober.
Sapi yang dipelihara di masyarakat
umumnya jenis Sapi Bali. Sapi Bali muda memiliki ciri warna cokelat kemerah-merahan,
jika dewasa akan lebih gelap kehitam-hitaman. “Sapi inilah yang diternak
rakyat. “Jika dipelihara dengan baik sapi bisa melahirkan mulai umur 26 bulan.
Jika sapi kembar dipelihara serius, bisa dipastikan produksi ternak bertambah
dengan dengan cepat,” kata Prof Herry.
Makanya,
sejak tiga tahun lalu Prof Herry, melakukan penelitian di lapangan. “Sudah ada
73 ekor sapi yang melahirkan kembar di peternakan rakyat yang tersebar di
daerah Sulsel. Penelitian dengan mengambil sampel darah anaknya. Di sinilah
dianalisa potensi genetiknya,” ungkapnya.
Selama penelitian itu, Prof
Herry sendiri telah mengenali sendiri penanda genetik potensi sapi kembar.”Marker
genetik diketahui, akan tetapi pengembangannya terbatas. Jika, ingin
dikembangkan lebih, sapi-sapi kembar itu mesti dikumpulkan satu tempat khusus.
Bukan lagi menjadi peternakan rakyat tetapi industri peternakan,” ungkapnya.
Potensi sapi kembar berpeluang
dikembangkan. Akan tetapi, membutuhkan dana yang tak sedikit. “Pada intinya sapi
kembar di ternak khusus. Penelitian juga bakal berjalan dengan baik. Artinya, jika
ada sepuluh ekor sapi yang diternak, setahun ada 20 ekor yang lahir,” ujar Prof
Herry.
Jika populasi sapi kembar
meningkatkan produksi pun ikut berkembang. “Impork daging sapi kita pasti
berkurang, karena produk dalam negeri terpenuhi dengan cepat, jika ini
dikembangkan serius,” ujarnay.
Selain
itu, Prof Herry tengah melakukan untuk menciptkan teknologi deteksi potesi sapi
kembar. “Teknologi ini membuat kriteria deteksi dini potensi sapi kembar. Jadi
tidak menunggu sapi lahir kembar dulu baru dideteksi. Akan tetapi, sapi umur
enam bulan bisa dideksi dini,” akunya. (*)
Komentar
Posting Komentar