Langsung ke konten utama

Jejak Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir (2)

masjid Lapeo


Teguh Syiar Islam, Bijak Menantang Penjajah


Dia adalah seorang ulama yang mensyiarkan Islam. Ketokohannya pun telah dikenal masyarakat luas. Dia oleh masyarakat dikisahkan secara turun-temurun. 

ILHAM WASI
Campalagian


Dekat masjid Nurut Taubah Lapeo, rumah imam masjid ditemui. Rumahnya berada di lantai atas dari di lantai dasar tempat wudhu masjid.

Dia imam masjid Lapeo saat ini, Drs KH Syarifuddin Muhsin. Dia meneruskan jejak dari sang kakek, KH Muhammad Thahir. Saya menyapanya dikediamannya. Kami bersalaman. "Ada yang bisa saya bantu," ujarnya.

Saya mengenalkan diri dari Harian FAJAR. Dia menyambut dengan hangat lalu tersenyum. "Saya mengenal bapak Alwi Hamu, kami pernah satu sekolah dulu waktu di Parepare," tuturnya. Kemudian dia menitipkan salam pada Chairman PT Media Fajar Group, Alwi Hamu.

KH Syarifuddin berusia kini 72 tahun. Dia diangkat menjadi imam masjid setahun sebelum pensiun dari pengawai Dinas Tenaga Kerja Makassar, pada tahun 1999. Dia mengantikan imam terdahulu KH Najamuddin Thahir. 

Dia mulai mengenalkan sosok KH Muhammad Thahir Imam Lapeo. Mulanya, Dia menjelaskan situasi masyarakat di Lapeo. Di Lapeomasyarakat memang telah memeluk Islam, akan tetapi secara syariat belum ditegakkan. 

"Banyak memilih untuk beribadah sendiri-sendiri, di rumah masing-masing, bahkan kejahatan masih merajalela, perjudian, minuman khamar, penyambungan ayam, perampokan. Kurang saat itu pendidikan Islam, makanya dia perlu ditobatkan. Di sinilah peran KH Muhammad Thahir," ujarnya.

Juga pada suatu kejadian orang-orang dari Pambusuang datang syiar Islam. "Tuan Sayyid, H Muhammad Nur jadi imam, beserta rombongannya selalu ditembaki oleh anak bangsawan bernama daenna Ikaring," tutur KH Syarifuddin berkisah.

Disnilah KH Muhammad Thahir bertanya pada Tuan Sayyid. Mengapa berlari?. Dia bertanya. Dijawabnya "Di sana ada orang menembaki saya dengan senapan dan tongkat pisau.

KH Muhammad Thahir, kemudian mendatangi mereka. "Bukan lawanmu itu, hadapi saya. Silahkan tusuk saya dengan tongkatmu itu sebanyak tujuh kali, seusai giliranmu menusuk, girilan saya. Karena bantuan Allah, orang itu tak kuasa melukai. Kini giliran KH Muhammad Thahir," ungkapnya.

Dibenak orang itu kata KH Syarifuddin, pasti adalah kematian. "Beliau ini memberikan ampunan, dan berbaik hati. Orang itu pun menjadi pengikut beliau selama-lamanya, dan berita itu telah tersebar di tanah Mandar," katanya.

Baru pada masa-masa 1902, masjid didirikan. Situasi di Lapeo memang sulit belum sepenuhnya kondusif. Usai membangun masjid saja pasti selalu niat merobohkan. "KH Muhammad Thahir pun mentaktisinya bersama dua belas orang lainnya merencanakan pembangunan masjid. Jam dan waktu yang dirahasiakan. Tibalah semuanya tertidur malam hari, mereka lalu mendirikan masjid dari Langgar atau kayu saja," ujarnya.

Saat pagi tiba, ada saja ingin menghancurkan masjid. Akan tetapi, KH Muhammad Thahir bersih keras untuk mempertahankan. "Lama kelamaan makin banyak jamaahnya," tuturnya.

Sosok, KH Muhammad Thahir kian dikenal sebagai penyiar Islam. Diangkatlah dia menjadi Imam masjid pada masa 1906 mengantikan Pua Junaeda, imam masjid tahun 1902 hingga 1906.

Dimasanya, masjid di pindahkan ke pinggir jalan. "Kira-kira jaraknya dari jalan raya sebelum dipindahkan sekira 500 meter. Kebijakan ini agar masyarakat lebih mudah mengakses masjid ini. Berbeda dengan masjid lainnya ada tidak bersedia bila dipindahkan ke pinggir jalan," urainya.

Model pertama saat dibangunnya masjid kata Syarifuddin, meniru masjid Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur. "Sengaja tukangnya didatangkan dari Surabaya. Jamaah di sini hanya membantu saja. Lambat laut mereka pintar, dan tukangnya pulang, pengerjaan diserahkan pada mereka. Bagian unik pada masjid pada kubah imam, dibuat dari kerikil, semen, putih telur, makanya dikenal sangat megah dan bersejarah," tuturnya. 

Di Masa-masa kepemimpinan iman KH Muhammad Thahir, dia makin dikenal teguh dalam syiar Islam. Di masa penjajah Jepang masuk di Indonesia sekira tahun 1942. Kala itu, kebijakan pemerintahan Jepang bila malam hari masyarakat tidak boleh menyalakan lampu. Jika ceramah di masjid harus menggunakan bahasa Melayu. 

Beliau ini tidak menghiraukan. Lampu baru di matikan usai salat Isya, dan ceramah gunakan tetap bahasa Mandar. Diutuslah orang dari pemerintahan Jepang, untuk bicara ke beliau. Dia hanya menjawab tidak mungkin saya bahasa Melayu, di sini tidak memahaminya dan malam harinya salat Isya baru dilaksanakan.
"Utusan Jepang karena juga orang di sini, dan menyampaikan itu kepada Jepang. Orang Jepang lantas tak marah, malah menawarkan bantuan. Beliau hanya minta bangunkan saya menara. Masjid pun dapat bantuan kayu uling untuk bahan menara, akan tetapi yang bangun menara itu dikerjakan oleh jamaah," tutur Syarifuddin. 

Syarifuddin pun lalu beranjak dari kursinya. Dia mengambil sebuah buku sampul putih. "Di sini perjalanan hidup beliau bisa dibaca. Saya menuliskan ini dan bisa dibaginya pada siapa saja. Kisah masa kecilnya juga ada di sini, dan soal menara masjid tetap kokoh akibat gempa juga ada di sini," ungkapnya. Kemudian Dia menyerahkan buku perjalanan hidup KH Muhammad Thahir pada saya. "Silakan dilanjutkan bila ingin dikembangkan," tuturnya. (*) 

Imam masjid Lapeo saat ini, Drs KH Syarifuddin Muhsin memperlihatkan Buku Perjalanan Hidup KH Muhammad Thahir Imam Lapeo, dikediamannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musik Tradisi "Passayang-sayang" dari Mandar

MUSIK TRADISI. Pemain Pasayang- sayang  diacara peresmian Pusat Kajian Kebudayaan di Universitas Sulawesi Barat, Rabu 29 April. Musik tradisi ini telah tercatat sebagai warisan budaya tak benda di Indonesia . Tahan Tuturkan Kisah "Siamasei" Berjam-jam   Musik tradisional passayang-sayang dimainkan sebagai hiburan rakyat. Berisi ungkapan hati dan pemain passayang-sayang ini pun miliki cara agar penonton tahan berjam-jam lamanya. ILHAM WASI Majene Ketika gitar dipetik, melodi mengalir merdu. Petikan melodi Dahlan pun membui penonton. Irama melodi dipadukan dengan gitar bas yang dimainkan Abd Hamid. Giliran Zakaria dan Sinar melantunkan lirik lagu passayang-payang bergantian. Keduanya, masyarakat Mandar menyebutnya sebagai pakelong (penyanyi).  Mereka semua masih dalam satu grup musik tradisional dari Tiga Ria Tinambun yang berasal di Kecamatan Tinambung Polman. Tugas mereka sebagai orang-orang pelestari seni musik tradisional passayang- sayang  Ma

Kisah di Balik Nama Pasangkayu, dari Tutur Suku Kaili: Vova Sanggayu

Pemkab Mamuju Utara sedang mengupayakan perubahan nama menjadi Kabupaten Pasangkayu. Lalu, dari mana asal nama itu? ILHAM WASI Pasangkayu diyakini sebagai tempat pohon Vova Sanggayu/ist IBU kota Mamuju Utara (Matra) adalah Pasangkayu. Itulah yang diusulkan menjadi nama kabupaten. Agar ada yang khas, tidak lagi dianggap mirip dengan Mamuju, ibu kota provinsi Sulawesi Barat. Nama Pasangkayu punya kisah. Konon diambil dari nama sebuah pohon besar. Cerita yang sudah melegenda. Penulis buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara , Bustan Basir Maras menjelaskan, selama dirinya melakukan risetnya, memang muncul beberapa versi. Namun, dia menemukan bila setidaknya 70 persen tokoh masyarakat di Matra mengakui Pasangkayu berasal dari kata “Vova” dan “Sanggayu”. Masyarakat meyakini pohonnya tumbuh   di Tanjung Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Matra. “Masih tampak kok bakau-bakaunya di sana. Tetapi vova sanggayu sudah tidak ada,” paparnya, Kamis, 23 Maret. Vova

Jejak Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir (1)

Makam Imam Lapeo, di Mandar    Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir Tak Pernah Putus dari Peziarah Di masjid Imam Lapeo atau dikenal masjid Nurut Taubah Lapeo. Letak masjidnya berada di Desa Lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Tak sulit mendapati masjid itu sebab berada di pinggir jalan Poros Polman-Majene, Sulbar. ILHAM WASI Campalagian Usai salat Dhuhur di masjid Imam Lapeo, Rabu 17 Juni. Saya tak langsung pulang, sebab ingin tahu banyak soal masjid tertua di tanah Mandar ini. Di Lapeo ini juga telah ditetapkan kawasan wisata religi. Empat orang sedang melingkar. Saya menyapanya, mereka para pengurus masjid imam Lapeo. Saat ditanyai soal kisah Imam Lapeo, seorang menunjuk papan informasi letaknya di sebelah kanan saf paling depan.  "Kisah Imam Lapeo ada di sana." kata salah satu pengurus Sumardin Kama menunjukkannya pada saya. Di situlah berisi riwayat singkat perjalanan hidup KH Muhammad Thahir Imam Lapeo (1839- 1952). "Sengaja pen