Langsung ke konten utama

*)In Memoriam Saerly Saelan Istri Alm Jenderal (purn) TNI M Jusuf

Kesetiaan Nan Abadi, Teladan Bagi Perempuan

Pemimpin yang besar tak bisa lepas dari seorang istri yang mendampingi. Perempuan penerang, penyejuk yang setia mendampingi. Saerly Saelan, seorang istri tokoh nasional, Jendral M Jusuf berpulang kepangkuan Maha Kuasa.   

ILHAM WASI
Makassar

Langkah derap sepatu enam anggota TNI, mengangkat Jenazah Saerly Saelan. Dua Prajurit masing-masing membawa foto Almarhuma Saerly Saelan, dan karangan bunga. Langkah penghormatan mengantarnya, menuju peristirahatan terakhir. Ia telah meninggalkan jasa-jasa yang patut dikenang. Keluarga, kerabat, masyarakat, serta tokoh-tokoh nasional turut memberi doa bagi mendiang.
Saerly Saelan amat dicintai. Istri mendiang Jenderal (purn) TNI M Jusuf menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Akademis, pada pukul 16.20 wita, Sabtu 11 Oktober. Selain mewariskan prinsip kejujuran, kedisiplinan, dan keserdahaan serta kesetiaanya yang patut diteladani.
Ketokohan Jenderal (purn) TNI M Jusuf, tak bisa dilepaskan dari sang Istri, Saerly Saelan. Sosok Saely ini memiliki kesetian dalam menopang dan mendukung segala aktivitas yang dijalani sang suami. Apalagi saat M Jusuf dipercaya menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan Negara semasa Kabinet Pembangunan III pada tahun 1978-1983 serta jabatan lainnya.
Selain itu, saat M Jusuf mendirikan Rumahs Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera dan mendirikan Yayasan Masjid Al Markaz Al Islami peran sang suami juga tak bisa lepas dari peran Istri. “Dia telah menjadi bagian kehidupan mendiang Jendral M Jusuf yang namanya telah diabadikan di Masjid Al Markaz ini,” ujar Wakil Presiden Terpilih, HM Jusuf Kalla.
Menurut HM Jusuf Kalla, Dia juga mengambil bagian dalam mengurus masjid ini. “Istri yang saleh, dalam mendampingi Jendral M Jusuf. Keduanya telah menjadi satu bagian yang tidak bisa dipisahkan. Selama ini memberi perhatiasn pada keluarga, dan semua,” kata JK usai melakukan salat Jenazah di Masjid Al Markaz Al Islami Jendral M Jusuf,  Minggu 12 Oktober.
Rakyat Sulsel telah kehilangan seorang sosoknya. Kata, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, saat ini kita ditakdirkan dalam suasan duka khususny bagi rakyat Sulsel. “Mengantar seorang tokoh yang telah memberi kekuatan seorang negarawan,” ungkapnya.
Kekuatan seorang istri dalam mendampingi Jendral M Jusuf. “Dia (Saerly Saelan) tokoh pejuang nasional layak panutan perempuan dalam menopang keluarga, sehingga layak untuk menjadi panutan nasional,” ujarnya Syahrul.
Kehadirannya menjadi refensi kehidupan yang dengan menjunjung tinggi kebaikan Jendral M Jusuf. “Segala hormatku yang dalam, belasungkawa yang tinggi, bagi kita telah kehilangan. Selamat Jalan yang kita cintai, kita doakan bersama, agar dia mendapat tempat sebaiknya-baiknya, dan dikenang untuk bangsa dan negara,” ujar Syahrul.
Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan “Danny” Pomanto juga mengenang Saerly Saelan sebagai untuk panutan. “Seorang pemimpin tak lepas dari pendamping. Dia mendampingi segala aktivitas Jendral M Jusuf. Baik kegiatan sosial yang saat ini masih terasa sekali. Wajarlah hari ini jasa-jasa beliau terus dikenang,” katanya.
                Saerly Saelan yang dikenal pribadi dan ibu memiliki memberikan teladan bagi keluarga. Panutan inilah yang diterapkan. “Beliau ibu yang mengajarkan kedisiplinan, kejujuran, dan hidup sederhana,” kenang kemenakan Saerly Saelan, Andi Herry Iskandar ini.
                Begitu juga saat hidup Saerly  Saelan turut Rumah membesarkan Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera, rumah sakit yang dirintis oleh suaminya Jendral H Jusuf. Kata, Pelaksana Tugas Direktur RS. Akademis Jaury Jusuf Putera, Prof John MF Adam, dia orangnya tegas, jujur, dan teliti dalam segala hal begitu juga pekerjaan. “Panutan itulah yang kami teladani,” ujarnya.
Saerly Saelan telah meninggalkan jasa dan kebaikan yang nantinya patut diamalkan bagi semua. Dia  dikebumikan di Perkuburan Islam Panaikang, Kecamatan Panakukang, berdampingan suaminya Jendral H Jusuf dan anaknya Jaury Jusuf Putera.
Pemakan kemarin dihadiri diantaranya, Wakil Presiden Terpilih Jusuf Kalla, dan Istri Mufidah Jusuf Kalla, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, Wakil Gubernur Sulsel, H Agus Arifin Nu’mang, Pandam VII Wirabuana, Mayjen TNI Bachtiar, Kapolda Sulselbar, Irjen Pol Anton Setiadji, Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan “Danny” Pomanto, Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal, Chairman  Fajar Group, Alwi Hamu, Ilham Arief Sirajuddin, Aksa Mahmud, juga dihadiri kerabat, tokoh-tokoh lainnya, serta anggota TNI. (*)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musik Tradisi "Passayang-sayang" dari Mandar

MUSIK TRADISI. Pemain Pasayang- sayang  diacara peresmian Pusat Kajian Kebudayaan di Universitas Sulawesi Barat, Rabu 29 April. Musik tradisi ini telah tercatat sebagai warisan budaya tak benda di Indonesia . Tahan Tuturkan Kisah "Siamasei" Berjam-jam   Musik tradisional passayang-sayang dimainkan sebagai hiburan rakyat. Berisi ungkapan hati dan pemain passayang-sayang ini pun miliki cara agar penonton tahan berjam-jam lamanya. ILHAM WASI Majene Ketika gitar dipetik, melodi mengalir merdu. Petikan melodi Dahlan pun membui penonton. Irama melodi dipadukan dengan gitar bas yang dimainkan Abd Hamid. Giliran Zakaria dan Sinar melantunkan lirik lagu passayang-payang bergantian. Keduanya, masyarakat Mandar menyebutnya sebagai pakelong (penyanyi).  Mereka semua masih dalam satu grup musik tradisional dari Tiga Ria Tinambun yang berasal di Kecamatan Tinambung Polman. Tugas mereka sebagai orang-orang pelestari seni musik tradisional passayang- sayang  Ma

Kisah di Balik Nama Pasangkayu, dari Tutur Suku Kaili: Vova Sanggayu

Pemkab Mamuju Utara sedang mengupayakan perubahan nama menjadi Kabupaten Pasangkayu. Lalu, dari mana asal nama itu? ILHAM WASI Pasangkayu diyakini sebagai tempat pohon Vova Sanggayu/ist IBU kota Mamuju Utara (Matra) adalah Pasangkayu. Itulah yang diusulkan menjadi nama kabupaten. Agar ada yang khas, tidak lagi dianggap mirip dengan Mamuju, ibu kota provinsi Sulawesi Barat. Nama Pasangkayu punya kisah. Konon diambil dari nama sebuah pohon besar. Cerita yang sudah melegenda. Penulis buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara , Bustan Basir Maras menjelaskan, selama dirinya melakukan risetnya, memang muncul beberapa versi. Namun, dia menemukan bila setidaknya 70 persen tokoh masyarakat di Matra mengakui Pasangkayu berasal dari kata “Vova” dan “Sanggayu”. Masyarakat meyakini pohonnya tumbuh   di Tanjung Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Matra. “Masih tampak kok bakau-bakaunya di sana. Tetapi vova sanggayu sudah tidak ada,” paparnya, Kamis, 23 Maret. Vova

Jejak Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir (1)

Makam Imam Lapeo, di Mandar    Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir Tak Pernah Putus dari Peziarah Di masjid Imam Lapeo atau dikenal masjid Nurut Taubah Lapeo. Letak masjidnya berada di Desa Lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Tak sulit mendapati masjid itu sebab berada di pinggir jalan Poros Polman-Majene, Sulbar. ILHAM WASI Campalagian Usai salat Dhuhur di masjid Imam Lapeo, Rabu 17 Juni. Saya tak langsung pulang, sebab ingin tahu banyak soal masjid tertua di tanah Mandar ini. Di Lapeo ini juga telah ditetapkan kawasan wisata religi. Empat orang sedang melingkar. Saya menyapanya, mereka para pengurus masjid imam Lapeo. Saat ditanyai soal kisah Imam Lapeo, seorang menunjuk papan informasi letaknya di sebelah kanan saf paling depan.  "Kisah Imam Lapeo ada di sana." kata salah satu pengurus Sumardin Kama menunjukkannya pada saya. Di situlah berisi riwayat singkat perjalanan hidup KH Muhammad Thahir Imam Lapeo (1839- 1952). "Sengaja pen