Terjaga di Setiap Detik, Kadang
ada yang Iseng.
Mereka
membawa misi penyelamatan, pemadaman, dan memimalisir jatuhnya korban, jangan sampai ada korban jiwa.
ILHAM WASI
Jln Dr Sam Ratulangi
Jika panggilan
darurat berbunyi. Sirene akan berbunyi. Pasukan berbaju biru ini segera mengatur
strategi, dan mobil pemadam meluncur dengan segera. Mengikuti kepulan asap, bertugas
memadamkan api, dan membawa misi kemanusian. Ibarat turun di medan peran,
setiap detik mereka bersiaga. Peralatan pun sudah siap digunakan setiap saat. Seperti
itulah, kebiasaan dinas pemadam kebakaran.
Empat posko pemadam kebakaran disiagkan di
Makassar. Di antaranya, Posko Induk, Posko Timur, Posko Kima, dan Posko Utara. Posko
tersebutlah yang menguasai kota Makassar. FAJAR menyambanginya, di posko Induk
Jalan Dr Sam Ratulangi, Rabu 2 Juli.
Di pintu jaga, Mulyadi dan Muh Idris sedang
piket hari ini. Begitupun dengan mobil damkar, terparkir untuk disiagakan.
Menemui para petugas kebakaran tidak sulit, sebab di lantai dasar gedung dinas
pemadam, mereka berbincang. “Kita miliki 27 armada pakai, dan pekerjaanpun sudah
di atur protap, dan wilayah di bagi empat wilayah, ketika ada kondisi darurat
segera akan direspon dan meluncur. Semuanya, untuk membawa misi penyelamatan,
dan meminimalisir korban,” tutur Kadib Operasi Pemadam kebakaran, Bachtiar
Tawil.
Di lapangan Bachtiar, yang mengatur segala
gerak pemadam. Mempelajari segala kondisi lapangan, agar kondisi bisa
dikendalikan. Setiap titik telah ditentukan, dan mencegah api bisa merembet dan
meluas.”Terkadang di lapangan biasa dikomunikasi terhadap masyarakat. Misalkan,
ada menghalangi jalan dengan menyimpan
barangnya, atau ada juga yang mau mengambil alih. Padahal ada cara titik khusus
untuk skala prioritas pemadaman,” ulas lelaki bertugas selama 13 tahun di
damkar ini.
“Kadang rasa Puas dan tidak puas, masyarakat terjadi.
Gaya na ji, pemadam,” tutur Thaufik Jaya
Palaguna rekan Bachtiar, mempraktekan sindiran masyarakat. Akan tetapi, Menurut
Thaufik, semua itu diterima sebab itu bagian dari pekerjaan. “Pekerjaan kami
meminilkan kerugian, korban jiwa, dan harta benda. Bahkan di sini ada yang
datang, sekadar untuk mengucapkan terima kasih,” ungkap Kadib Pengawasan dan
Pencegahan Damkar ini menambahkan.
Lanjut, Bachtiar, Puasa pun bukan menjadi alasan untuk tidak
bekerja. Sudah menjadi kewajiban, untuk tetap fokus pada pekerjaan. “Pekerjaan
pemadam itu, pekerjaan tidak bisa di tunda. Dan ketika
kembali dari tugas, ada perasaan lega. Seperti, menang di medan perang,” ujar lelaki
kelahiran 25 Januari 1959 ini.
Kadang pekerjaan tersebut, membuat
khawatir sang istri. Tetapi, pekerjaan ini sesuatu yang mulia. “Sabar ko sayang, suamimu sementara berjuang.
Bahkan,
kami biasa
tidak tidur, kalau kebakarannya besar yang membutuhkan waktu lama,” sambung Bachtiar.
Hal lain yang diutarakan, Thaufik, sebaiknya gedung-gedung di
Makassar nantinya, banyak sudah lebih dari lantai 4, sebaiknya juga memiliki instalasi
pemadam digedungnya yang memadai. “Sebaiknya memperlihatkan fasilitasnya,
dengan meminta rekomendasi dari sini,” sebut lelaki berpakaian dinas warna biru
ini.
“Kondisi darurat tidak bisa dihindari,
makanya biarpun lebaran harus tetap terjaga,” ungkap Kadis Damkar Kota
Makassar, Imran Samad, yang baru saja tiba dan bergabung untuk berbincang.
Selain itu, petugas dilapangan juga petugas
yang setiap detiknya bersiaga ialah operator. Operator dibisa ditemui di lantai
3. Jabar salah satunya. Di ruangan berukuran, 3x 6 meter tersebut, terdapat 3
buah tempat tidur, juga perangkat telepon. Jabar, tak boleh meninggalkan
ruangan, apalagi membiarkannya kosong. Sebab, panggilan darurat bisa datang
kapan saja. “Setiap saat telepon berbunyi. Terkadang, ada yang iseng, minta
jodohlah, nomor sio, atau hanya berkenalan. Banyak sekali, tetap harus diangkat,
sebab jangan sampai kondisi darurat. Akan tetapi, jika benar terjadi akan
dikroscek dulu, baru ditindaki,” bebernya Alumni SMK 2 Gowa ini. (*)
Komentar
Posting Komentar