Langsung ke konten utama

Dari Festival Teater Mahasiswa Indonesia ke-10 Se Sulselbar UKM-TKU (1)

Ruang  Ekspresi Para Pekerja Seni Kampus
Mereka menyatu dalam ajang silaturahmi, dan ruang-ruang kesenian kampus.
Ilham Wasi
Tamalanrea
Rasa kantuk harus dikalahkan di pagi yang hangat. Ratusan mahasiswa sedang berkumpul di bawah rindangnya pohon-pohon kampus Unhas. Mereka tidak mau berdemo, tetapi  mereka ingin menunjukkan betapa satunya mereka di ruang kebudayaan.  Ajang tersebut bernama Festival Teater Mahasiswa Indonesia se-Sulawesi Selatan dan Barat oleh UKM Teater Kampus Unhas.
Identitasnya terlihat pada pakaian yang dikenakan ditubuhnya. Nama komunitas mereka juga tampak pada papan putih, bertuliskan nama komunitas seni mereka. “Ada 22 komunitas yang bergabung,” ungkap Koordinator parade Diny Restuati.
 Ada yang mengenakan pakaian. adat Bugis, Mandar, Makassar, dan Toraja. Ada juga sang dewi keadilan. Pakaian putih mirip sang dewi pengadil. Di tangannya sebuah pedang, dan timbangan, mata pun di tutup dengan kain hitam. Sang dewi pengadil tadi, ikut dalam parade keliling kampus Unhas, Senin, 2 Juni.
Sang dewi bisa mengenali jalan, walau matanya tertutup. Tapi kakinya pun tak kesandung yang bisa membuatnya terjatuh.  Dia masih bisa melihat, tampak pada kain transfaran hitam yang menutupi matanya. Pakaian itu dikenakan oleh tim Bengkel Seni Dewi Keadilan (BSDK) Hukum Unhas. “Ada sekitar 200 oranglah yang mengikuti parade, parade ini menunjukkan betapa kreatifnya mahasiswa,” ungkap Diny Mahasiswa Pertanian Unhas ini.
Rombangan parade singgah sejenak di tugu Unhas. Di tugu itu mereka  saling berganti di ruang ekspresi, ada yang baca puisi, dan juga menyanyi lagu-lagu daerah. Mengikuti rombongan tersebut, berakhir di Aula Prof Amiruddin Fakultas kedokteran Unhas.
Rombongan parade memasuki aula Prof Amiruddin. Kali ini mereka mengikuti pembukaan secara resmi. Prosesi penyambutan dikemas sederhana, tari padduppa menyambut kedatangan mereka. Ketua Panitia sandy Sukarwi mengatakan, kegiatan ini disiapkan sejak delapan bulan lamanya. “Sejak FTMI ke-9 di Palopo oleh sanggar seni Cokroaminito, panitia langsung bergerak,” ungkap lelaki berjas Merah in. Senada dengan itu, Ketua Teater Kampus Unhas, Askar Guntur menyampaikan terima kasih pada pihak kampus Universitas Hasanuddin khususnya pada Wakil Rektor III UNhas, atas dukungannya pada kegiatan tersebut.
Festival Teater Mahasiswa Indonesia ke-10 se Sulselbar ini di buka langsung oleh wakil Rektor III Unhas, H Nasaruddin Salam. Dia mengapresiasi event tersebut. Wakil Rektor III dua periode ini mengatakan, satu dekade perlu untuk direfleksikan, capaian dan kemajuannya harus meningkat dan terus ditingkatkan. “Kalau satu waktu mendapatkan penghargaan, pasti sudah melewati kesulitan,” tuturnya memberi semangat pada peserta.
Selain parade kebudayaan. Pementasan teater berlangsung di A P Pettarani Unhas. Dua komunitas teater kampus yang melaksanakan pementasan sore ini (kemarin). Teater Kampus Univeritas Negeri Makassar, dengan judul teater Sebelah Sayap, dan Bengkel Sastra FBS UNM dengan naskah Politik berdarah. (*)      


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musik Tradisi "Passayang-sayang" dari Mandar

MUSIK TRADISI. Pemain Pasayang- sayang  diacara peresmian Pusat Kajian Kebudayaan di Universitas Sulawesi Barat, Rabu 29 April. Musik tradisi ini telah tercatat sebagai warisan budaya tak benda di Indonesia . Tahan Tuturkan Kisah "Siamasei" Berjam-jam   Musik tradisional passayang-sayang dimainkan sebagai hiburan rakyat. Berisi ungkapan hati dan pemain passayang-sayang ini pun miliki cara agar penonton tahan berjam-jam lamanya. ILHAM WASI Majene Ketika gitar dipetik, melodi mengalir merdu. Petikan melodi Dahlan pun membui penonton. Irama melodi dipadukan dengan gitar bas yang dimainkan Abd Hamid. Giliran Zakaria dan Sinar melantunkan lirik lagu passayang-payang bergantian. Keduanya, masyarakat Mandar menyebutnya sebagai pakelong (penyanyi).  Mereka semua masih dalam satu grup musik tradisional dari Tiga Ria Tinambun yang berasal di Kecamatan Tinambung Polman. Tugas mereka sebagai orang-orang pelestari seni musik tradisional passayang- sayang  Ma

Kisah di Balik Nama Pasangkayu, dari Tutur Suku Kaili: Vova Sanggayu

Pemkab Mamuju Utara sedang mengupayakan perubahan nama menjadi Kabupaten Pasangkayu. Lalu, dari mana asal nama itu? ILHAM WASI Pasangkayu diyakini sebagai tempat pohon Vova Sanggayu/ist IBU kota Mamuju Utara (Matra) adalah Pasangkayu. Itulah yang diusulkan menjadi nama kabupaten. Agar ada yang khas, tidak lagi dianggap mirip dengan Mamuju, ibu kota provinsi Sulawesi Barat. Nama Pasangkayu punya kisah. Konon diambil dari nama sebuah pohon besar. Cerita yang sudah melegenda. Penulis buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara , Bustan Basir Maras menjelaskan, selama dirinya melakukan risetnya, memang muncul beberapa versi. Namun, dia menemukan bila setidaknya 70 persen tokoh masyarakat di Matra mengakui Pasangkayu berasal dari kata “Vova” dan “Sanggayu”. Masyarakat meyakini pohonnya tumbuh   di Tanjung Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Matra. “Masih tampak kok bakau-bakaunya di sana. Tetapi vova sanggayu sudah tidak ada,” paparnya, Kamis, 23 Maret. Vova

Jejak Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir (1)

Makam Imam Lapeo, di Mandar    Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir Tak Pernah Putus dari Peziarah Di masjid Imam Lapeo atau dikenal masjid Nurut Taubah Lapeo. Letak masjidnya berada di Desa Lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Tak sulit mendapati masjid itu sebab berada di pinggir jalan Poros Polman-Majene, Sulbar. ILHAM WASI Campalagian Usai salat Dhuhur di masjid Imam Lapeo, Rabu 17 Juni. Saya tak langsung pulang, sebab ingin tahu banyak soal masjid tertua di tanah Mandar ini. Di Lapeo ini juga telah ditetapkan kawasan wisata religi. Empat orang sedang melingkar. Saya menyapanya, mereka para pengurus masjid imam Lapeo. Saat ditanyai soal kisah Imam Lapeo, seorang menunjuk papan informasi letaknya di sebelah kanan saf paling depan.  "Kisah Imam Lapeo ada di sana." kata salah satu pengurus Sumardin Kama menunjukkannya pada saya. Di situlah berisi riwayat singkat perjalanan hidup KH Muhammad Thahir Imam Lapeo (1839- 1952). "Sengaja pen