Para pedagang musiman, memetik rejeki di bulan puasa. Mereka akan menjajakan
menu khusus ramadan. Tinggal memilih menu sesuai selera?
ILHAM WASI
JL Andi Mappayunki
Usai salat duhur, hingga magrib. Jalan Andi Mappayunki selalu ramai
dikunjungi. Para pedagang musiman, menjajakan aneka menu berbuka. Mereka menempati
stan-stan, dan menata jajanannya di siang hari. Aktivitas jual beli kue-kue dan
menu berbuka lainnya bisa ditemui selama bulan ramadan di jalan tersebut.
Ian baru saja memilih menu buka puasa. Di tangan kanan lelaki berumur 32
tahun ini, menenteng kresek. Ian memilih kolak pisang
dan kolak
ubi. Begitupun Joko, lelaki berkumis tipis ini mengaku, baru
tiba dari Semarang. Ia di ajak rekannya Felix untuk mencicipi kue jajanan khas
Makassar. “Kue-kue untuk buka bersama, pisang Ijo, donat, kue-kuelah,” tutur
Felix yang menenteng dua buah kresek berwarna putih.
“Beli ki, cari kue apa ki?,” tawar seorang
pedagang padaku. “Es buah. Ada juga kue yang lain. Kalau mau ki, kita ambil
mi,” lanjutnya lagi. “Ini apa namanya?,” selaku, lalu menunjuk jajanannya. Rina
seorang pedangan yang menayaiku tadi, lantas menjelaskan. Katanya, cenil biji
salak. Terbuat dari beras ketan, dibuat bulat-bulat, kuahnya dari santan dan
gula merah. “Rasanya mirip-mirip sarabba, tapi lebih manis ki itu,” beber Novi
rekan Rina penulis, Jumat 4 Juli.
Lanjut, Novi, ini namanya es buah sirsak. “Pilih
mi ki, ka itu ji ada kalau ramadan ataupun dibuat khusus pi,” jelasnya lagi
sambil menawarkan. Cenil biji salak dan es buah sirsak dijajakan di gelas plastik,
lengkaplah menu untuk berbuka hari itu.
Selain
Novi, Ramlah pun demikian. Perempuan yang beralamat Baji Minasa itu, selama
ramadan juga berjualan kue. Akan tetapi, Ramlah memilih menjajakan kue-kue
tradisional. Makanya, sehabis duhur Ia akan mulai menata jajanannya. “Macam-macam
namanya ini, ada kue lapis, onde-onde, kanre jawa, jalangkote, gorengan,
taripan, putu ayu, dan paling digemari gorengan,” ujarnya.
Perempuan berkerudung hitam itu, mengaku
telah sepuluh tahun berjualan jika bulan ramadan tiba. Ia akan berjualan di
Jalan tersebut. Tak tanggung-tanggung Ia rela merogoh kocek pribadinya untuk menyewa
stan. “Saya ambil lima petak tahun ini karena setiap petaknya hanya berukuran 70
cm. Makanya ambil 5 petak. Sewanya 1 juta/petak,” akunya (*)
Komentar
Posting Komentar