Ketika Keramaian Pasar Sentral Memudar
Daya beli masyarakat saat bulan Ramadan, bakal meningkat. Biasanya, mereka
bakal berbondong-bondong menyerbu pusat perbelanjaan. Bagaimana kepadatan di
Pasar Sentral?
ILHAM WASI
Makassar Mall
Pasar sentral pun akan selalu ramai jika Ramadan. Tujuan orang-orang dari
berbagai daerah untuk berbelanja. Apalagi
saat mendekat dengan lebaran.
Mesti pascakebakaran Mei lalu telah usai. Kepadatan
dan aktivitas pedagang dan pembeli saat ramadan ini bisa dirasakan kembali. Penulis
coba melebur di tengah kepadatan tersebut, Sabtu 12 Juli.
Hilir-mudik angkutan mengelilingi pasar
Sentral. Para penumpang memilih untuk menyinggahi pusat perbelanjaan kota Angin
Mamiri ini. Masih terbayang, pasar yang beberapa bulan lalu, rata dan
menghitam. Kini kembali bangkit.
Mesti tak berdesak-desakkan. Akan tetapi orang-orang
tetap lalulalang diantara lapak-lapak. “Singgah ki, cari apaki,” sapa seorang pedagang
perempuan berkerudung merah itu, menawarkan pakaian jadi. Hampir, jika melewati
setiap lapak-lapak pedagang panggilan “Singgah ki belanja, Cari apa ki,”
kalimat itu akan ditemui. Itulah keramahan di pasar tersebut.
Seorang
laki-laki, usia sekira 60 tahun. Hadrawi, lelaki asal Sidrap itu, memang datang
khusus di pasar sentral untuk berbelanja. “Ada nomor 31 ini,” sambil memperlihatkan
sepatu hitam pada Irfan sang pemilik jualan. Kata Hadrawi, sepatu itu untuk
cucunya. “Tidak ada, untuk ukuran itu,” jawab Irfan. Hadrawi pun berlalu,
mencari pedagang lain. “Sudah sedikit ramai, tapi belum begitu ramai, beda
tahun sebelumnya,” ungkap Irfan .
Penulis kembali bergabung kepadatan orang-orang.
Mengelilingi lapak-lapak pedangang. Ada yang tampak tertidur,sebab pembeli belum
jua datang. Ada juga tampak sibuk. Ahmad seorang pedagang pakaian jadi berupa jeans
dan kemeja ini. Ia tengah sibuk melayani pembelinya. “Ada mi, sedikit ramai
lah,” ungkap lelaki mengenakan topi warna hitam ini.
Pedagang lain penulis temui. Muliati, pedagang
pakaian muslim dan mukena ini mengaku, hari ini dagangannya telah ada beberapa
yang minati. “Sekitar dua puluh mukena, sudah dibeli,” ujarnya. “Saya ambil mi
ini,” sela Mutiara, yang membeli mukena untuk dipakai lebaran ini. Mukena
Muliati pun laku terjual.
Mengetahui penulis dari FAJAR, Oda rekan Muliati.
Ia pemilik jualan tersebut. Oda, menjelaskan, kepadatan tahun ini tidak begitu
padat. Berbeda di tahun sebelum jika, telah menginjak pertengahan puasa. Keramaian
sudah begitu terasa padat sekali. “Pembeli memang tidak begitu menentu pascakebakaran.
Mungkin juga, daya beli masyarakat berkurang karena faktor anaknya baru masuk
sekolah makanya biayanya bertambah,” ungkap perempuan berjilbab ungu muda ini. Oda
pun mengaku, masih trauma dengan kebakaran yang menimpanya kemarin. (*)
Komentar
Posting Komentar