Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Kesan Elegan di Parsel Pilihan

Tradisi berbagi parsel jadi tradisi dan bertahan hingga saat ini. Biasanya berupa bingkisan untuk kolega, kerabat simbol jalinan persaudaraan tetap terjaga. ILHAM WASI Jalan Bulu Kunyi Parsel biasanya ditemui di hari-hari besar. Apalagi saat ini, jelang lebaran Idul Fitri 1434 Hijriah. Penyedia parsel sudah bermunculan. Pemandangan itu bisa ditemui di Jalan Bulu Kunyi. Parsel yang dipamerkan untuk dijual. Bukan sekadar masalah isinya saja. Akan tetapi pengemasannya pun bernilai estetis. Kesan mewah pada parsel memiliki daya tarik tersendiri. Awalnya berupa keranjang rotan. Jika telah dihiasai dengan kertas metalik, kesan elegan memancar. Rupa-rupanya kian beragam. Ada model perahu, menara silver, menara warna emas, model Spanyol, bahkan parsel tersebut juga dinilai dari tingkatannya. “Macam-macam isinya, ada keramik, makanan dan tingkatannya pun satu sampai empat tingkat,” ujar Uci pemilik Gudang Parsel ini. Setiap tahunnya kata Uci, pelanggang baru pesan jika me

Ambo Rukka Bersedekah

Berbagi berkah ramadan dengan membagikan sedekah. Hal itulah yang dilakukan oleh H Ambo Rukka. Setelah sukses di rantauan Jayapura. Pengusaha ini, menyempatkan untuk pulang kampung untuk bersedekah, Minggu 13 Juli. ILHAM WASI Jalan Mairo Ratusan becak antri di jalan Mairo hingga di bahu jalan Veteran Utara. Jumlahnya sekira lima ratus becak. Kepadatan itu sudah ditemui sejak pukul 15,00 wita. Mereka sedang menunggu akan dibagikannya zakat berupa uang. Bahkan, pembagian zakat tersebut, dibuatkan khusus kepanitiaan. Menurut, salah satu panitia, Thamrin mengatakan sekitar 30 panitia Amalia Zakat untuk mengatur jalannya zakat tersebut. “Ini tiap tahun diadakan, yang diutamakan tukang becak dan orang tua dan anak-anak di Jalan Mairo,” ungkapnya Palang balok bekas untuk batas. Dibuat lorong sebagai tempat antri. Dg Asa turut dalam barisan. Dengan senang hati, lelaki paruh baya mendorong becaknya. Menghampiri Ambo Rukka, yang membagikan uang selembar uang lima puluh ribu.

Ketika Keramaian Pasar Sentral Memudar

Ketika Keramaian Pasar Sentral Memudar Daya beli masyarakat saat bulan Ramadan, bakal meningkat. Biasanya, mereka bakal berbondong-bondong menyerbu pusat perbelanjaan. Bagaimana kepadatan di Pasar Sentral? ILHAM WASI Makassar Mall Pasar sentral pun akan   selalu ramai jika Ramadan. Tujuan orang-orang dari berbagai daerah untuk berbelanja.   Apalagi saat mendekat dengan lebaran. Mesti pascakebakaran Mei lalu telah usai. Kepadatan dan aktivitas pedagang dan pembeli saat ramadan ini bisa dirasakan kembali. Penulis coba melebur di tengah kepadatan tersebut, Sabtu 12 Juli. Hilir-mudik angkutan mengelilingi pasar Sentral. Para penumpang memilih untuk menyinggahi pusat perbelanjaan kota Angin Mamiri ini. Masih terbayang, pasar yang beberapa bulan lalu, rata dan menghitam. Kini kembali bangkit. Mesti tak berdesak-desakkan. Akan tetapi orang-orang tetap lalulalang diantara lapak-lapak. “Singgah ki, cari apaki,” sapa seorang pedagang perempuan berkerudung merah itu, menawa

Bertabur Warna dan Keceriaan

Bertabur Warna dan Keceriaan Bubuk warna berhamburan di udara, mereka bermandikan bubuk-bubuk warna. Selain sebagai hiburan, juga untuk ajang silaturahmi.     Ilham Wasi Tamalanrea Sinar matahari masih berlindung di balik pohon. Tanah pun masih basah, bekas gerimis yang turun dini hari tadi. Ribuan orang sudah memadati lapangan basket Unhas. Umumnya mereka mengenakan baju putih bertuliskan “Unhas Color Run”. Kostum tersebut khusus disediakan agar peserta Color Run bermandikan bubuk-bubuk warna. Hajatan tersebut, dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Hockey Unhas, Minggu 8 Juni. “Ada sekitar 5000 peserta yang registrasi,” tutur ketua Panitia Marham Mahasiswa Sastra Unhas ini. Bendera telah dinaikkan tanda peserta dilepas. Ribuan orang tadi, mulai berjalan, ada yang berlari. Juga ada yang sempat terjatuh di tengah kerumunan, tetapi cepat bangkit dan  tetap ikut dirombongan. Mereka akan mengitari Unhas. Di setiap perjalanan itulah, pos-pos dibagi menjadi empat b

Ketika Istri “Ngidam” Minta Pejabat Bersih dari Korupsi

  Ide-ide mereka cukup besar, dari kisah percintaan, dan kritik sosial pun ditonjolkan agar kita bisa mengenali dunia. ILHAM WASI Baruga A P Pettarani Unhas Lakon-lakon semakin menarik untuk dijadikan tontonan yang berkualitas di FTMI ke-10 UKM Teater Kampus Unhas. Lakon itu bakal disaksikan hingga 6 Juni. Musik mengantar mengikuti adegan. Sekitar sepuluh aktor laki dan perempuan beradegan. Kain putih yang menjadi latar, menyatu dengan cahaya biru. Aktor itu lalu-lalang, baik laki-laki maupun perempuan, perut mereka rata-rata buncit. Kini tinggal seorang aktor laki-laki. Perutnya juga buncit, mematung menatap ke langit. Pemain lain masuk, Mataku tertuju para dua lelaki. Tubuhnya saling menopang berputar bak roda. Lelaki lainya masuk, menggendong bayi. Berkejaran dengan seorang perempuan. Keduanya seperti suami-istri. Keduanya berhenti, dan beradu panco di kotak persegi berukuran sekira 60 cm, yang terpasang di tengah panggung. Sang suami kalah adu panco. Sang anak dige

Dari Festival Teater Mahasiswa Indonesia ke-10 Se Sulselbar (2)

Ketika Istri “Ngidam” Minta Pejabat Bersih dari Korupsi Ide-ide mereka cukup besar, dari kisah percintaan, dan kritik sosial pun ditonjolkan agar kita bisa mengenali dunia. ILHAM WASI Baruga A P Pettarani Unhas Lakon-lakon semakin menarik untuk dijadikan tontonan yang berkualitas di FTMI ke-10 UKM Teater Kampus Unhas. Lakon itu bakal disaksikan hingga 6 Juni. Musik mengantar mengikuti adegan. Sekitar sepuluh aktor laki dan perempuan beradegan. Kain putih yang menjadi latar, menyatu dengan cahaya biru. Aktor itu lalu-lalang, baik laki-laki maupun perempuan, perut mereka rata-rata buncit. Kini tinggal seorang aktor laki-laki. Perutnya juga buncit, mematung menatap ke langit. Pemain lain masuk, Mataku tertuju para dua lelaki. Tubuhnya saling menopang berputar bak roda. Lelaki lainya masuk, menggendong bayi. Berkejaran dengan seorang perempuan. Keduanya seperti suami-istri. Keduanya berhenti, dan beradu panco di kotak persegi berukuran sekira 60 cm, yang terpasang di ten

Dari Festival Teater Mahasiswa Indonesia ke-10 Se Sulselbar UKM-TKU (1)

Ruang  Ekspresi Para Pekerja Seni Kampus Mereka menyatu dalam ajang silaturahmi, dan ruang-ruang kesenian kampus. Ilham Wasi Tamalanrea Rasa kantuk harus dikalahkan di pagi yang hangat. Ratusan mahasiswa sedang berkumpul di bawah rindangnya pohon-pohon kampus Unhas. Mereka tidak mau berdemo, tetapi  mereka ingin menunjukkan betapa satunya mereka di ruang kebudayaan.  Ajang tersebut bernama Festival Teater Mahasiswa Indonesia se-Sulawesi Selatan dan Barat oleh UKM Teater Kampus Unhas. Identitasnya terlihat pada pakaian yang dikenakan ditubuhnya. Nama komunitas mereka juga tampak pada papan putih, bertuliskan nama komunitas seni mereka. “Ada 22 komunitas yang bergabung,” ungkap Koordinator parade Diny Restuati.  Ada yang mengenakan pakaian. adat Bugis, Mandar, Makassar, dan Toraja. Ada juga sang dewi keadilan. Pakaian putih mirip sang dewi pengadil. Di tangannya sebuah pedang, dan timbangan, mata pun di tutup dengan kain hitam. Sang dewi pengadil tadi, ikut dalam parade keli