teman saya, menulis semalam suntuk. Tiba-tiba saja teman saya kaget bukan mainnya. Karyanya, hasil tulisannya, tidak memuat namanya. Tim juri cukup terkenal di dunia kepenulisan, pada sayembara itu, memenangkan nama orang lain. Nama teman saya tiba saja dikubur. Justru karyanya menang.
Awalnya, tak ingin gugat. Akan tetapi, ini soal karya dan intelektualitas. Dia membuat petisi kecil di statusnya, baik facebook, maupun bbm. Mulai hangat dibincangkan, kasus itu muncul bak ombak. Intelektualitasnya tidak diakui. Renungan dicuri. Mengetahui peristiwa itu, juri baru sadar, terjadi kesalahan. Banyak minta klarifikasi. Juri yang pesohor itu, tak bisa berbuat banyak. Nama pemenang sudah terpublik, kredibilitasnya sebagai pesohor banyak yang ragukan. Sang juri tak peduli, dia paham betul kondisi itu, dengan berlapang dada. Dia memohon maaf secara terbuka, usai peristiwa itu, ramai dibicarakan.
Lalu, teman saya ingin dinobatkan sebagai pemenang. Tapi, teman saya menolak. Mengapa?. Karya tak ingin dinilai oleh juri yang tadi. Kurang teliti.!
Awalnya, tak ingin gugat. Akan tetapi, ini soal karya dan intelektualitas. Dia membuat petisi kecil di statusnya, baik facebook, maupun bbm. Mulai hangat dibincangkan, kasus itu muncul bak ombak. Intelektualitasnya tidak diakui. Renungan dicuri. Mengetahui peristiwa itu, juri baru sadar, terjadi kesalahan. Banyak minta klarifikasi. Juri yang pesohor itu, tak bisa berbuat banyak. Nama pemenang sudah terpublik, kredibilitasnya sebagai pesohor banyak yang ragukan. Sang juri tak peduli, dia paham betul kondisi itu, dengan berlapang dada. Dia memohon maaf secara terbuka, usai peristiwa itu, ramai dibicarakan.
Lalu, teman saya ingin dinobatkan sebagai pemenang. Tapi, teman saya menolak. Mengapa?. Karya tak ingin dinilai oleh juri yang tadi. Kurang teliti.!
Komentar
Posting Komentar