Langsung ke konten utama

Komunitas "Sky King"


Kuasai Teknik agar Tak Terkilir

Olahraga papan luncur kian digemari. Terkadang bila salah posisi meluncur, bisa terjatuh bahkan cedera. Makanya, para pemain skateboard harus kuasai tekniknya.

ILHAM WASI
Pantai Bahari Polewali

Dua lelaki sedang memainkan papan luncurnya. Berlari dengan mendorong papan beroda empat dengan satu kaki. Satu kaki tetap pada papan luncur.
Berbungkuk sebentar, meluncur pada rel pipa yang memanjang. Panjang pipanya ada 3 meter dengan tinggi relnya 30 cm.
Rel itulah yang dimainkan oleh Mahmud dan Uccang secara bergiliran sebagai aktivitas meluncur. "Tiap pagi biasanya latihan-latihan di sini," ujar Mahmud, saat memainkan papan luncurnya di Car Free Day pantai Bahari Kota Polewali.
Memainkan papan luncur atau skateboard ini, kata Mahmud, memang butuh latihan khusus, dan keberanian. "Papan ini didorong dengan kaki tenaga kaki yang dipacu, lalu meluncur pada rel ini, kalau salah bisa terjatuh," ungkap siswa kelas I SMA Negei 1 Polewali ini.
Hobi yang dimulainya sejak duduk Sekolah Menengah Pertama. "Hobinya sudah lama, awalnya diajak teman lalu menjadi hobi," kata Mahmud.
Bila terjatuh bisa saja cedera dampaknya. "Tapi hobi, jadi tetap dimainkan, bahkan ada teman berhenti sebab cedera pada engkelnya atau terkilir. Akan tetapi namanya hobi harus dimainkan, makanya harus kuasai tekniknya," ujar Mahmud
Soal gaya dan teknik meluncur, Mahmud banyak belajar dengan komunitasnya papan luncurnya yaitu Sky King. "Kadang juga belajar dari video," katanya.
Kata Uccang, jumlah komunitas mereka ada sepuluh orang. "Area bermainnya di pantai ini. Maunya ada lokasi khusus, misalnya saja kalau bupati, bisa buatkan lokasi meluncur akan lebih bagus bertambah mahir, apalagi sering ikut kejuaran," aku siswa STM Wonomulyo ini. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musik Tradisi "Passayang-sayang" dari Mandar

MUSIK TRADISI. Pemain Pasayang- sayang  diacara peresmian Pusat Kajian Kebudayaan di Universitas Sulawesi Barat, Rabu 29 April. Musik tradisi ini telah tercatat sebagai warisan budaya tak benda di Indonesia . Tahan Tuturkan Kisah "Siamasei" Berjam-jam   Musik tradisional passayang-sayang dimainkan sebagai hiburan rakyat. Berisi ungkapan hati dan pemain passayang-sayang ini pun miliki cara agar penonton tahan berjam-jam lamanya. ILHAM WASI Majene Ketika gitar dipetik, melodi mengalir merdu. Petikan melodi Dahlan pun membui penonton. Irama melodi dipadukan dengan gitar bas yang dimainkan Abd Hamid. Giliran Zakaria dan Sinar melantunkan lirik lagu passayang-payang bergantian. Keduanya, masyarakat Mandar menyebutnya sebagai pakelong (penyanyi).  Mereka semua masih dalam satu grup musik tradisional dari Tiga Ria Tinambun yang berasal di Kecamatan Tinambung Polman. Tugas mereka sebagai orang-orang pelestari seni musik tradisional passayang- sayang  Ma

Kisah di Balik Nama Pasangkayu, dari Tutur Suku Kaili: Vova Sanggayu

Pemkab Mamuju Utara sedang mengupayakan perubahan nama menjadi Kabupaten Pasangkayu. Lalu, dari mana asal nama itu? ILHAM WASI Pasangkayu diyakini sebagai tempat pohon Vova Sanggayu/ist IBU kota Mamuju Utara (Matra) adalah Pasangkayu. Itulah yang diusulkan menjadi nama kabupaten. Agar ada yang khas, tidak lagi dianggap mirip dengan Mamuju, ibu kota provinsi Sulawesi Barat. Nama Pasangkayu punya kisah. Konon diambil dari nama sebuah pohon besar. Cerita yang sudah melegenda. Penulis buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara , Bustan Basir Maras menjelaskan, selama dirinya melakukan risetnya, memang muncul beberapa versi. Namun, dia menemukan bila setidaknya 70 persen tokoh masyarakat di Matra mengakui Pasangkayu berasal dari kata “Vova” dan “Sanggayu”. Masyarakat meyakini pohonnya tumbuh   di Tanjung Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Matra. “Masih tampak kok bakau-bakaunya di sana. Tetapi vova sanggayu sudah tidak ada,” paparnya, Kamis, 23 Maret. Vova

Jejak Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir (1)

Makam Imam Lapeo, di Mandar    Imam Lapeo, KH Muhammad Thahir Tak Pernah Putus dari Peziarah Di masjid Imam Lapeo atau dikenal masjid Nurut Taubah Lapeo. Letak masjidnya berada di Desa Lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Tak sulit mendapati masjid itu sebab berada di pinggir jalan Poros Polman-Majene, Sulbar. ILHAM WASI Campalagian Usai salat Dhuhur di masjid Imam Lapeo, Rabu 17 Juni. Saya tak langsung pulang, sebab ingin tahu banyak soal masjid tertua di tanah Mandar ini. Di Lapeo ini juga telah ditetapkan kawasan wisata religi. Empat orang sedang melingkar. Saya menyapanya, mereka para pengurus masjid imam Lapeo. Saat ditanyai soal kisah Imam Lapeo, seorang menunjuk papan informasi letaknya di sebelah kanan saf paling depan.  "Kisah Imam Lapeo ada di sana." kata salah satu pengurus Sumardin Kama menunjukkannya pada saya. Di situlah berisi riwayat singkat perjalanan hidup KH Muhammad Thahir Imam Lapeo (1839- 1952). "Sengaja pen