Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Kisah di Balik Nama Pasangkayu, dari Tutur Suku Kaili: Vova Sanggayu

Pemkab Mamuju Utara sedang mengupayakan perubahan nama menjadi Kabupaten Pasangkayu. Lalu, dari mana asal nama itu? ILHAM WASI Pasangkayu diyakini sebagai tempat pohon Vova Sanggayu/ist IBU kota Mamuju Utara (Matra) adalah Pasangkayu. Itulah yang diusulkan menjadi nama kabupaten. Agar ada yang khas, tidak lagi dianggap mirip dengan Mamuju, ibu kota provinsi Sulawesi Barat. Nama Pasangkayu punya kisah. Konon diambil dari nama sebuah pohon besar. Cerita yang sudah melegenda. Penulis buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara , Bustan Basir Maras menjelaskan, selama dirinya melakukan risetnya, memang muncul beberapa versi. Namun, dia menemukan bila setidaknya 70 persen tokoh masyarakat di Matra mengakui Pasangkayu berasal dari kata “Vova” dan “Sanggayu”. Masyarakat meyakini pohonnya tumbuh   di Tanjung Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Matra. “Masih tampak kok bakau-bakaunya di sana. Tetapi vova sanggayu sudah tidak ada,” paparnya, Kamis, 23 Maret. Vova

Sekomandi: Warna Merah dari Cabai, Hitam karena Direndam Lumpur

Tradisi Tenun Ikat dari Kalumpang sekomandi tonoling/dok ilham Masyarakat Kalumpang di Mamuju punya tradisi tenun yang masih dilestarikan. Sekomandi namanya. ILHAM WASI Mamuju KALUMPANG itu sebuah kecamatan. Dari pusat Kalumpang ke Desa Karataung –tempat pengembangan sekomandi, jaraknya 17 kilometer. Jalanan rusak berat. Sungai-sungai kecil akan dilewati. Sebelum Karataung, saya mesti melewati Desa Kondobulo. Penenun sekomandi juga bisa bisa ditemui di situ. Bertanya ke penduduk, saya ditujukan ke rumah Megawati. Perempuan 40 tahun yang pagi itu sedang beristrihat, maklum hari libur, Minggu, 27 Maret lalu. Akan tetapi, Megawati tetap menyambut hangat.  Megawati mengambil tenunnya. Diikatnya pada jendela. Dia pun memasang alat tenun dengan jepit perut dan pinggangnya. Kedua tangannya mulai memaikan benang dan balida perekat benang hingga menghasilkan bunyi tak-tak-tak. Satu benang dirapatkannya. Begitulah dia terus mengulangnya hingga nanti tenun sepanjang 5 mete

Ely Sipayo, Penjaga Suku Tanalotong

Berharap Ada Banua Batang di Kalumpang Di Kalumpang, Sulbar, ada tanah yang subur. Seko, Wonok dan Rongkong, Sulsel menyebutnya Tanahlotong. Orang Toraja menyebutnya Makki. ILHAM WASI Kalumpang Ely Sipayo AKSES menuju ke Desa Kalumpang, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, cukup berat. Jalanan kategori rusak berat. Penulis berada di Kalumpang selama tiga hari, 26-28 Maret. Jarak Kota Mamuju ke Kalumpang, sekira 100 kilometer. Namun jalanan mulus hanya sampai di Salu Batu, Desa Buttuada, Kecamatan Kalukku, tepat persimpangan antara Jalan ke Kalumpang dan Jalan ke Mamasa. Jika memilih ke Poros Kalumpang, jangan berharap menemukan jalan beton atau beraspal mulus. Jalan-jalan penuh kubangan lumpur dan air, ditambah lagi saat itu hujan usai turun. Makin sulit.  Saya menempuhnya dengan roda dua. Jalan yang melewati belasan sungai. Kedalaman sungai cukup beragam. Di antara belasan sungai, tiga di antaranya dibanguni jembatan namun belum tuntas. C

Sulitnya Akses ke Bonehau-Kalumpang, Lewati 15 Anak Sungai Tanpa Jembatan

Ada sebelas kecamatan di Kabupaten Mamuju. Dua diantaranya masih terisolasi kecamatan Bonehau-Kalumpang sempat ditelusuri. ILHAM WASI Kalumpang TANPA JEMBATAN. Sungai Desa Kalumpang Kecamatan Kalumpang,  Mamuju, Sulbar.  Saya menelusuri jalan di dua kecamatan itu selama dua hari, Sabtu-Minggu, (14-15 Mei 2016). Memang terasa sulit untuk menjangkau lokasi keduanya wilayah itu.  Jangan berharap menemukan jalan rabat beton atau aspal, yang ada hanya kubungan-kubungan lumpur, serta kerikil-kerikil yang dilalui.  Jaraknya kurang lebih 100 KM dari Kota Mamuju menuju ke timur ke barat dari Kecamatan Kalukku-Bonehau-Kalumpang.  Menempuh dengan roda dua, di Kecamatan Kalukku, jalan porosnya mulus. Namun, saat Bonehau-Kalumpang jalan-jalan rusak ditemui.  Karena infrastruktur jalan masih rusak sehingga hampir kurang lebih 330 menit lamanya dihabiskan di jalan. Itu sudah terhitung waktu untuk istirahatnya. Saat di jalan saya menghitung tiga jembatan ambruk dari jalan poros