Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

kurang teliti!

teman saya, menulis semalam suntuk. Tiba-tiba saja teman saya kaget bukan mainnya. Karyanya, hasil tulisannya, tidak memuat namanya. Tim juri cukup terkenal di dunia kepenulisan, pada sayembara itu, memenangkan nama orang lain. Nama teman saya tiba saja dikubur. Justru karyanya menang. Awalnya, tak ingin gugat. Akan tetapi, ini soal karya dan intelektualitas. Dia membuat petisi kecil di statusnya, baik facebook, maupun bbm. Mulai hangat dibincangkan, kasus itu muncul bak ombak. Intelektualitasnya tidak diakui. Renungan dicuri. Mengetahui peristiwa itu, juri baru sadar, terjadi kesalahan. Banyak minta klarifikasi. Juri yang pesohor itu, tak bisa berbuat banyak. Nama pemenang sudah terpublik, kredibilitasnya sebagai pesohor banyak yang ragukan. Sang juri tak peduli, dia paham betul kondisi itu, dengan berlapang dada. Dia memohon maaf secara terbuka, usai peristiwa itu, ramai dibicarakan. Lalu, teman saya ingin dinobatkan sebagai pemenang. Tapi, teman saya menolak. Mengapa?. Karya tak

nurani

seorang tiba-tiba gedor suasana yang sunyi. Gaduh. Panik malah. blak-blak-ini ancaman. "jangan panik ini suara kecil saja" kata seseorang bertubuh kekar dan berkulit bersih itu. "Ah, justru suara kecil itu harus didengar," jawab mereka yang tubuh kurus itu kompak. Dengar suara nurani.!

Sandeq, Dipakai Mencari Ikan hingga Menyelundupkan Senjata

sandeq  Perahu Suku Mandar yang Tergerus Zaman (2-selesai)   Dulu para pelaut hanya andalkan angin. Anginlah yang mengarahkan mereka. Angin pula yang membawa para pelaut untuk pulang. Begitu pun dengan suku Mandar membuat teknologi perahu tercepat Nusantara, perahu Sandeq. ILHAM WASI Pambusuang Sinar matahari jatuh di atas kepala. Teriknya cukup terasa. Kami pun mencari tempat yang lebih teduh. Kedua nelayan mandar, Arif dan Yahya pun turut bergeser di bawah pohon. Yahya memilih duduk. Arif hanya meletakkan alat pancing. Dilihatnya sandeqnya berayun dimainkan ombak. Dia menghampiri sandeq miliknya. Seorang lelaki datang membantunya. Di tangan lelaki itu, dia menenteng sebuah balok khusus untuk perahu. Nelayan mandar menyebut pallangga (penyangga), tinggi sekira 40 centimeter. Memastikan perahu telah dialasi, dan memastikan sandeqnya tak lagi berayun, arif kembali menyapa saya. "Dialasi biar bagian bawah sandeq tidak cepat rusak. Takutnya terbentur di

Sandeq, Si Ramping yang Taklukkan Perairan Mana Saja

anak pesisir bermain dekat sandeq Perahu Suku Mandar yang Tergerus Zaman (1) Sandeq hanya ada di Tanah Mandar. Di tengah masyarakat yang mulai beralih ke perahu mesin, maka nasib perahu layar seperti Sandeq perlahan-lahan akan punah. Perahunya bukan digulung ombak di laut dalam, tapi tenggelam ditinggal kemudi oleh para pelautnya.  ILHAM WASI Polman Ombak tetap ramah berkejeran menyapa pantai. Para nelayan masih sandarkan perahu. Diantara perahu yang sandar itu juga ada perahu Sandeq. Perahu Sandeq dengan layar digulung itu sandar di pantai. Tepatnya Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar. Jika hendak ke Pambusuang, jarak dari ibu Kota Polman, Polewali hanya sekira 40 kilometer, atau 289 kilometer dari Makassar, Sulsel dan 145 kilometer dari Ibu kota Provinsi Sulbar, Mamuju. Pagi di Pambusuang. Tak ada bedanya aktivitas para nelayan, mesti tak ingin melaut, nelayan tetap menengok perahunya. Dua anak pesisir berlarian di atas pasir basah, lalu